Spesialis penyakit dalam dan pakar kesehatan pencernaan dari
FKUI-RSCM, Ari Fahrial Syam menjelaskan, lemas merupakan tanda awal
seseorang terkena hipokalemia.
“Tubuh yang lemah dan lemas, misalnya tidak kuat mengangkat kaki
seperti lumpuh, bisa menjadi gejala seseorang terkena hipokalemia.
Gangguan ini tidak boleh diabaikan, karena kalium menentukan kerja otot
jantung. Otot jantung jantung yang lemah bisa diterka lewat perubahan
iramanya,” kata Ari pada KOMPAS Health Senin (10/2/2014). Perubahan irama jantung yang dibiarkan tentu akan berdampak buruk pada kesehatan pasien.
Kalium merupakan komponen utama elektrolit yang menentukan
keseimbangan kerja dalam tubuh. Zat ini dibutuhkan sebanyak 3,5-5,5 mEq
per liter dalam darah. Kalium bisa ditemukan dalam berbagai jenis
makanan misalnya sehari-hari, misalnya buah pisang.
Hipokalemia diakibatkan berkurangnya cairan dalam jumlah besar dari
dalam tubuh. Pengeluaran ini bisa lewat muntah, diare, atau penggunaan
obat pencahar.
“Yang patut diperhatikan, hipokalemia biasanya dialami pasien
dengan gangguan ginjal. Ginjal yang baik bisa menahan kalium, sehingga
tidak keluar bersama urine. Pengeluaran kalium lewat urine yang terlalu
besar mengindikasikan kondisi ginjal yang buruk,” kata Ari.
Masyarakat bisa mengetahui kadar kalium dalam tubuh melalui tes
darah. Jika hasilnya kurang dari 3,5 maka kondisi tersebut adalah
hipokalemia. Selanjutnya pasien bisa melakukan tes ginjal bila tidak
mengalami muntah atau diare.
“Kalau mengalami muntah atau diare, maka keduanya distop terlebih
dulu. Dengan perbaikan pola konsumsi makanan dan minuman, maka kadar
kalium akan tercukupi. Kalium bukan kandungan yang sulit ditemui pada
berbagai asupan,” terang Ari.
Tambahan kalium biasanya diperlukan pasien yang mengonsumsi obat
untuk melancarkan air seni (diuretik). Bila kekurangan kalium terjadi
dalam jumlah besar, biasanya pasien akan diberi garam kalium, yang
dikonsumsi per oral. Namun garam diberikan dalam dosis kecil beberapa
kali sehari, untuk menghindari iritasi pencernaan. Kalium juga bisa
diberikan melalui infus, yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Hal
tersebut untuk menghindari kenaikan kalium terlalu tinggi yang berbahaya
bagi pasien.
Pada beberapa kasus, penderita hipokalemia kerap kali pingsan.
Terkait hal ini Ari menjelaskan, kondisi tersebut bisa saja disebabkan
kekurangan natrium. Pada keadaan ini sebaiknya penderita diberi asupan
cairan elektrolit, untuk mengganti asupan natrium dan kalium dari dalam
tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar