Bawang dayak membantu penderita autis yang hiperaktif menjadi lebih tenang dan mudah berkonsentrasi.
Pagi itu Chusnur Ismiati mengajak anaknya, Rahardika Teguh Hendrarto,
memasak nasi goreng di dapur. Chusnur menyediakan semua bahan nasi
goreng seperti nasi, bawang merah, bawang putih,
dan cabai. Sementara Dika-sapaan putranya-menjadi kokinya. Ia
menghaluskan bumbu, kemudian menggorengnya bersama nasi. Beberapa saat
kemudian, nasi goreng buatan Dika tersaji di meja makan. Chusnur lalu
mencicip sesendok makan. “Nasi goreng racikan Dika cukup enak,” ujarnya.
Menurut dokter spesialis kejiwaan di Rumahsakit Metropolitan Medical
Centre Kuningan, Jakarta Selatan, dr Melly Budhiman SpKJ, perkembangan
Dika seperti itu merupakan perubahan yang signifikan. “Jika sudah
terlihat bakatnya, dorong terus dan kembangkan. Itu akan berdampak baik
bagi perkembangan Dika,” katanya. Seorang individu autistik bukan
berarti tak mampu berprestasi. Salah seorang pasien yang pernah Melly
tangani bahkan menjadi sarjana. Melly menceritakan di Singapura ada
restoran yang seluruh pekerjanya individu autistik.
Bawang dayak
Perubahan positif itu terlihat setelah Dika rutin mengonsumsi kapsul bawang
dayak pada 2008. Dika mengonsumsi 2 kapsul bawang berlian itu 3 kali
sehari yakni pada pagi sebelum makan, serta siang dan sore setelah
makan. “Pada pagi Dika mengonsumsi kapsul sebelum makan karena bawang
dayak berefek mengenyangkan,” kata Chusnur. Dengan begitu Dika tidak
terdorong jajan di sekolah. Harap mafhum sistem pencernaan individu
autistik biasanya sangat peka sehingga mudah terganggu, misal menjadi
diare, bila mengonsumsi sembarang makanan.
Setelah 10 hari mengonsumsi bawang
sabrang, perubahan positif mulai terlihat. “Dika menjadi lebih tenang
dan mudah diarahkan,” kata alumnus Fakutas Hukum Universitas Brawijaya,
Malang, Jawa Timur, itu.
Dika diketahui mengalami gejala autis pada umur 2 tahun. Saat itu
Chusnur mengajak Dika membeli sayuran ke pasar. Tanpa sebab jelas Dika
berjalan menjauh dari sang ibu. Dika tidak hirau ketika Chusnur
memanggil agar ia kembali. Dika terus berjalan menjauh.
Semula Chusnur menduga Dika mengalami gangguan pendengaran. Ia lalu
membawa Dika ke dokter spesialis bagian telinga, hidung, dan tenggorokan
(THT) di salah satu rumahsakit di Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Hasil
diagnosis dokter fungsi pendengaran Dika normal. Dokter menyarankan
Chusnur menemui psikolog setelah mendengar cerita perilaku sehari-hari
Dika.
Hasil diagnosis psikolog Dika menyandang autisme. “Autisme adalah
gangguan perkembangan pada anak, bukan suatu penyakit,” kata dr Melly.
Lazimnya autisme muncul pada anak yang memiliki kelemahan genetis.
Misalnya alergi tinggi terhadap suatu makanan dan ketidakmampuan tubuh
mendetoksifikasi racun. Alergi itu dapat memperberat gejala autisme jika
tidak segera ditangani. Kelemahan genetis muncul dari orangtua. Menjaga
asupan makanan dan menghindari sumber polusi saat ibu hamil salah satu
cara memperkecil risiko anak terkena autisme.
Kasus autisme di Indonesia dan dunia semakin meningkat setiap tahun.
Pusat Kontrol dan Penanggulangan Penyaki (CDC) melaporkan dalam dokumen
tertanggal 29 Maret 2012 bahwa satu dari setiap 88 anak di Amerika
Serikat terdeteksi mengalami autism spectrum disorder (ASD).
Perbandingan anak laki-laki dan perempuan yang terkena autis 4:1.
Sayang di Indonesia belum ada sensus individu autistik sehingga jumlah
anak yang terkena autisme tidak diketahui secara pasti. Ketika seorang
anak menunjukkan gejala autisme, sebaiknya segera periksa ke ahli
psikologi. Semakin cepat terdiagnosis, semakin besar peluang anak itu
kembali ke jalur perkembangan seharusnya. Gejala autisme biasanya muncul
pada umur 3-4 bulan atau pada usia 1-2 tahun.
Antialergi
Pada 2008 Chusnur memperoleh informasi tentang khasiat bawang dayak dari
sepupunya yang membaik pascaoperasi tumor kelenjar hipofisis. Chusnur
berharap Eleutherina americana juga dapat membantu memperbaiki kondisi
Dika. Upayanya membuahkan hasil positif. Kini ia bisa mencicipi nasi
goreng buatan anak tercinta.
Bagaimana duduk perkara bawang dayak
membantu memperbaiki kondisi individu autistik? Melly menduga bawang
dayak mampu memperbaiki kondisi invidu autistik karena mengandung
senyawa aktif yang berperan sebagai antialergi. Alergi pada individu
autisme memperberat gejala autisme seperti hiperaktif dan tak bisa
berkonsentrasi. Ketika alergi sudah teratasi, maka otak akan bekerja
lebih baik sehingga anak menjadi lebih tenang dan mudah berkonsentrasi.
Herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Lukas Tersono Adi,
menduga zat aktif pada bawang dayak bekerja memperbaiki metabolisme
pencernaan individu autistik dan bersifat sebagai antioksidan. Evi
Mintowati Kuntorini dari Program Studi Biologi dan Maria Dewi Astuti
dari Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan
Selatan menguji efek antioksidan umbi bawang dayak Eleutherina
americana.
Hasil penelitian yang termuat dalam jurnal Sains dan Terapan Kimia itu
menunjukkan nilai IC50ekstrak etanol umbi bawang dayak sebesar 25,3339
µg/ml. Nilai IC50 menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat, karena memiliki nilai IC50 kurang dari
200 µg/ml. Senyawa antioksidan berperan penting dalam mengurangi risiko berbagai penyakit.
Lukas menambahkan, kasih sayang dan perhatian orangtua turut mempercepat
pemulihan anak autisme. Hingga kini Dika masih mengonsumsi kapsul
bawang berlian dengan dosis lebih rendah yakni 3 kali sehari
masing-masing 1 kapsul. “Saya berharap kondisi Dika terus membaik,” ucap
Chusnur. (Riefza Vebriansyah)
sumber : http://www.trubus-online.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar